20 April 2014

Entahlah, Tidak tau apa yang terjadi

Megi Fernanda


Entahlah tidak tau apa lagi yang terjadi
Hati ni sudah cukup terluka sedikit demi sedikit
Perlahan menyusut layaknya bebatuan yang dikikis oleh air
Kuat memang kuat, tapi apa daya, tetap saja sakit

Hai hujan, ini aku sang penyedih
Ini aku yang merindukan kehangatan dalam perih
Apa tujuan mu turun dikala hati tak lagi kuat
Apa karena kau tau, hati ini tak lagi bisa di perbuat

Entlahlah, tidak tau apa lagi yang terjadi
Hati ini sudah menjadi lubang yang diisi kekosongan sepi
Perlahan hanya menjadi landasan debu yang tak berarti
Kumuh memang kumuh, tapi ada daya tetap saja menyakitkan

Hai Kerinduan, ini aku sang perindu
Merindukan setiap pola kehidupan telah ku lalui
Apapun itu, aku merindukan itu !
bahkan meski aku tak ingat lagi apa itu,
Aku akan tetap merindukan tu !

Entahlah, tidak tau ini sebenarnya apa yang terjadi ?
Jiwa ini mulai kelam ditelan kehampaan
Perlahan hanya menjadi candaan oleh angin tak bertuan
Sakit memang sakit, tapi apa daya. aku hanya manusia dengan satu jantng

Hai angin, kenapa engkau ?
Kenapa engkau tolak kerinduan ini ?
Apa kau tak lagi sang penyampai rindu ?
Baiklah, mungkin rindu ini dibunuh bersama hati
Biar terkubur jauh di dalam jiwa yang tak berpenghuni.
SAMPAI NANTI !

Megi Fernanda / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

1 komentar:

  1. kusamakan langkahku denganmu..
    agar aku dekat semyummu..
    dan setelah cahaya pudar itu kembali berpendar
    harapku kamu menjadi senjaku yang baru
    luka menganga di hatimu
    aku berada di seberang kaca
    maka luka juga menganga di hatiku
    lalu cintaku hidup dalam dirimu
    bernafas seiring nafasmu
    nyawaku di genggammu
    lemparkan jika ada yang menyakitimu
    aku tak akan hancur
    perih sampai ke jantungku
    tapi takkan pernah mencapai jantungmu
    dan aku takkan hancur
    hanya hari ini, aku melihatmu
    kmu begitu bersahaja menatap langit
    sayup terdengar suaramu memaki angin
    angin telah bersalah padamu
    angin yang menyentuh dan membelai wajahmu
    namun tak pernah sampai ke hatimu
    sedang di dalamnya tersisip rinduku rasaku
    ....benar katamu...
    mungkin angin tak lagi penyampai rindu..
    jadi sekarang aku cukup hancur..
    kuyup dalam pilu
    mengharu biru..
    lalu menjadi buta dalam remang-remang....

    BalasHapus

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Distributed By Blogger Template